Blog Tentang berbagai Cerita Unik Penghibur Diri

0

Menabrak Polisi, bertemu Jodoh

Label:



Bismillahhirrahmannirrahiim.

Saya tak tahu, apakah ini kesialan atau keberuntungan saya. Satu yang saya tahu, inilah jalan yang diberikan Allah untuk bertemu jodoh saya. Meski awalnya, saya merasa sial karena kecelakaan itu dan saya harus mengganti tugi tidak sedikit. Toh akhirnya justru kesialan itu membawa saya bertemu jodoh :-)

Ceritatnya begini, secara tak sengaja saya menabrak seorang polisi sepulang kuliah. Tak disangka "motor butut bisa merusak total motrnya yang bernilai puluhan juta. Perassan, mata saya sudah fokus ke jalah, tak jelelatan kemana-mana. Do'a juga sudah saya baca saat saya menyalakan mesin motor di parkiran kampus.

Memang sudah apes dan inilah yang dinamakan takdir. Nggak diminta dan meski sudah berhati-hati, eh tetep nabrak juga, polisi pula yang saya tabrak. haduuuuh..

Saya dan motor saya sempat juga jungkir balik, Alhamdulillah luka yang saya dapat tak seberapa parah, meski jidat sempat berdarah-darah dan tangan terkilir, serta luka lecet hampir diseluruh tubuh. Meski tak sampai membuat saya pingsan, saya harus merasakan mondok tiga hari di rumah sakit.

Sementara polisi yang saya tabrak tak separah saya. Tapi justru motornya yang parah, sempat nyali saya menciut saat temen-temen polisi dan orang-orang mengerumuni saya. Di TKP teman-teman polisi itu justru yang marah-marah dan bersikap agak keras pada saya, tapi mas polisi itu justru meminta teman-temanya bersikap baik dan sabar pada saya.

"Sudah, nggak papa namanya juga nggak sengaja, memang ada orang mau nabrak atau ditabrak? jangan kasarlah saya baik-baik saja kok. Kayanya motor yang kena, nanti kan bisa diselesaikan baik-baik". sahut mas polisi kepada teman-temanya.

Saya dibuat kagum bahkan polisi yang saya tabrak itu berbaik hati mengantar saya ke rumah sakit dan mengabari keluarga di rumah. Selam tiga hari itu dia juga menyempatkan diri mnjenguk saya di rumah sakit. Sejak itu lah kami jadi akrab.

Nah, setelah keluar dari rumah sakit saya mulai disibukkan urusan ganti rugi onderdil motor senilai puluhan juta. Ganti rantainya saja jutaan rupiah, itu pun belum spare part lainnya.

Mangkanya hampir seluruh tabungan hasil kerja sampingan saya ludes. Tapi saya memang harus bertanggung jawab bukan? Saya tak mau menyusahkan orangtua soal ganti rugi, hingg saya bilang ke mas polisi bisa mencicil sedikit demi sedikit.

Seperti biasa, kali ini saya ke rumah mas polisi untuk mencicil ganti rugi. Ini keempat kalinya saya kesana. Sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih dia menerima setoran saya. Dan seperti biasa pula kami ngobrol sejenak. Tak disangka tiba-tiba mas polisi itu bertanya , "Sudah ada gambaran nikah belum?" tanyanya sambil pasang muka mesem-mesem pada saya.

"Ya kadang pingin juga mas, kerja kecil-kecilan insyaAllah sudah ada, pinginnya nggak nunda-nunda, tapi jodohnya belum ada mas". jawabku sambil cengar-cengir

"Mau sama adik saya? Serius nih, orangnya pake jilbab gede , kamu carinya kan yang kayak gitu?. Mas polisi bilang gitu mungkin karena celana saya yang kayak orang kebanjiran seperti temen-temen kampus yang suka meledek saya.

"Bener nih, serius !" ujarnya menegaskan.“Bener kok, serius!”

Sore itu saya pulang dan berjanji memikirkan tawarannya. Setelah berkonsultasi dengan orang tua dua pekan kemudian saya berikan jawaban "Ya". Tentu saja, akhwat dan keluarganya sudah tahu keadaan saya yang perbedaanya ibarat langit dan bumi dengan mereka yang dari keluarga berada. Meski awalnya minder, sikap bapak akhwat yang begitu baik membuat saya percaya diri.


'Laki-laki yang bisa menjadi imam dan bertanggungjawab, satu lagi jaga anak perempuan saya, dia sepenuhnya saya titipkan ke kamu". Pesannya singkat pada saya.

Meski diberi tanggungjawab yang tak ringan, hatiku  serasa diguyur es, sejuk rasanya saya segera pulang ke awang-awang sepulang nazhar. Mas Har, si mas polisi yang saya tabrak itu mencegat saya, ia menyerahkan amplop tebal padaku.

"Ini uang yang kamu titipkan padaku, ini hadiahku tapi bener ya cepet jemput bidadarimu !". Ia memukul pundakku ringan dan pergi tanpa memberiku kesempatan bertanya lagi.

MasyaAllah, di rumah,  begitu saya buka amplop ternyata isinya uang sesuai ganti rugi motor yang saya berikan kepada mas Har. Segera kuhubungi mas Har lewat telepon, tapi ia hanya tertawa ringan.

"Aku sudah bilang, itu untuk calon adikku".

Berkaca-kaca saat kututup telepon sambil tak henti-hentinya bersyukur. Sudah nabrak polisi, dikasih adihknya, dipercaya orangtuanya, uang ganti ruginya masih dikembalikan pada saya pula. Alhamdulillah :-)

Semalaman saya tidak bisa tidur entah karena senang atau bingung. Uang senilai hampir sepuluh juta itu, kuberikan sebagi mahar saat akad nikah buat istu. Tepat sebelum Ramadhan.

Kini kami sudah punya 2 momongan, insyaAllah beberapa bulan lagi akan bertambah seorang lagi. Mas Har menikah 2 tahun kemudian, ia baru punya satu momongan, Alhamdulillah kami semua hidup bahagia. Mas Har dan istrinya juga mulai tertarik manhaj mulia ini dan itu menambah kebahagiaan kami.

Sumber : Majalah nikah sakinah volume 9 no 6. (dengan sedikit perbaikan tulisan)

**Kita kadang bertanya kenapa, tapi yakinlah apa yang Allah berikan itulah yang terbaik."

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui" (QS. Al-Baqarah : 216).

Warning ! setelah membaca artikel ini, dilarang keras berencana untuk menabrak polisi !! :-D

read more : hanifkece

Diberdayakan oleh Blogger.